"Siapa namanya Yan?" Nanda penasaran.
Rayan bingung, bagaimana cara menyebut namanya dengan tetap tenang tanpa tegang. Sepertinya susah untuk menyebut 'Nanda'.
"Nanda..." lanjut Rayan, lalu memandang ke muka Nanda tanpa ekspresi.
Mendengar nama tersebut, Nanda hanya terdiam. Pikirnya, ini bukan saat yang tepat untuk menjalin kasih dengan seseorang. Lagi pula, orang tua Nanda pun menyarankan agar Nanda tidak pacaran dulu di tingkat sekolah SMP. Yaa, SMP adalah masa-masa yang labil untuk seorang remaja. Masa depan mereka pun belum jelas. Tidak ada salahnya kalau orang tua Nanda tidak mengizinkan Nanda untuk dekat dengan cowok.
"Lu jangan bercanda deh Yan" Nanda gak percaya dengan apa yang di sebut Rayan tadi.
"Serius gua gak becanda. Apa gua terlihat lagi bercanda?" Rayan menjawab dengan serius.
"Gak sih tapi..." Nanda terhenti sejenak lalu melanjutkan " Yan, gua pulang duluan yaa, udah di jemput" Nanda meninggalkan Rayan sendirian di kantin tersebut. Rayan melanjutkan duduk di bangku panjang sambil meneguk sebotol air minum yang ia bawa di tas.
"Gua gak pinter nembak cewek" gumam Rayan.
***